Penulis : Nur Muzaqi Mahbubana
UIN WALISONGO SEMARANG
HIV-AIDS merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh manusia (Human). Perlu kita ketahui bahwasanya penyakit/ virus HIV dapat ditularkan melalui hubungan seks, transfusi darah, berbagi jarum suntik dan faktor keturunan dari sang ibu (perinatal).
Factor yang tertinggi dari penularan virus HIV ini adalah factor heteroseksual yaitu 82,8%, diikuti oleh homoseksual sebesar 7,4% dan perinatal sebesar 4,0%. Tercatat pada tahun 2006 jumlah orang yang bertahan hidup dengan HIV berjumlah 39,5 juta (34,1-47,1 juta) Dewasa 37,2 juta (32,1–44,5 juta) Perempuan 17,7 juta (15,1–20,9 juta) Anak-anak di bawah 15 tahun 2,3 juta (1,7–3,5 juta) Orang yang baru terinfeksi dengan HIV pada tahun 2006 Jumlah 4,3 juta (3,6–6,6 juta) Dewasa 3,8 juta (3,2-5,7 juta) Anak-anak di bawah 15 tahun 530 000 (410000-660 000) Kematian akibat AIDS pada tahun 2006 Jumlah 2,9 juta (2,5–3,5 juta) Dewasa 2,6 juta (2,2-3,0 juta) Anak-anak di bawah 15 tahun 380 000 (290 000-500 000).
Banyak pertanyaan dan jawaban di kalangan masyarakat mengenai pencegahan , penularan, dan pengobatan HIV/AIDS. Maka jawabanyanya adalah resiko penularan HIV akan berkurang dengan menggunakan kondom ketika akan berhubungan seksual dengan lawan jenisnya.
Status seseorang dikatakan positif HIV hanya dapat dibuktikan dengan tes darah sukarela yang diselenggarakan oleh VCT (Voluntary Counseling and Testing). Dan itupun masyarakat dapat mengetahuinya melalui ODHA kepada konselor dengan kerahasiaan.
VCT merupakan komponen utama yang menangani program pencegahan HIV/AIDS, tetapi sayangnya VCT belum bisa menjadi solusi yang baik di Negara Berkembang, salah satunya Indonesia.
Frailty adalah faktor risiko yang diketahui untuk mereka yang berusia 65 tahun ke atas, dan prevalensinya meningkat seiring bertambahnya usia. Definisi kelemahan sangat bervariasi, dan perkiraan prevalensi dipengaruhi oleh cara kelemahan didefinisikan
(International).
Vaksin atau obat untuk penyakit HIV/AIDS mungkin bisa dikatakan mahal dan masih sangat terbatas dalam penyediaan stok, maka dari itu sangat diperlukan pendistribusian stok vaksin dengan cara massal. Strategi yang efisien pada saat ini adalah memberikan vaksinasi kepada remaja yang berusia 16 tahun guna menghindari infeksi HIV dalam jangka waktu pendek.
Di berbagai negara khususnya di Afrika Selatan mayoritas masyarakatnya banyak yang kurang tau atau sadar mengenai bahayanya HIV/AIDS. Maka dari itu diperlukan penyelidikan etnografi dalam memahami tanggapan masyarakat terhadap epidemic ini, untuk menunjukan bahwa seluk-beluk yang ditimbulkan oleh keheningan verbal dan elisi tidak boleh ditafsirkan secara naif sebagai “penolakan” kolektif tetapi lebih didasarkan pada dalam pola respons yang ada untuk penyakit berbahaya
Pemerintah Indonesia melalui Badan Penyedia Asuransi Kesehatan (BPJS Kesehatan), brusaha untuk mewujudkan program Indonesia Sehat. Semua kalangan masyarakat diwajibkan menerima Asuransi Kesehatan dari Pemerintah melalui program BPJS Kesehatan.
Tetapi rendahnya minat masyarakat untuk mencari pengobatan menggunakan BPJS disebabkan oleh banyak faktor, seperti persepsi public terhadap pelayanan dan kepuasan layanan yang diberikan. Selain itu juga dipengaruhi oleh persepsi masyarakat dan kualitas staf layanan kesehatan tentang keterbatasan jumlah tenaga medis adalah hal yang paling penting dalam pengobatan di mana dengan terbatasnya jumlah dokter akan menyebabkan kekecewaan dalam menunggu menjadi melayani.
Kualitas layanan merupakan cara sederhana untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan efisien dan efektif. Dengan mengetahui tingkat kepuasan pelanggan maka asuransi kesehatan dapat meningkatkan kualitas layanannya, agar masyarakat lebih percaya lagi terhadap instansi Negara.